TOKOH-TOKOH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Hamzah Fansuri

Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidakhanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab.

Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari

Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa,Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba Alwi bin AbdullahAl-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh Nuruddin Ar-Raniri(Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub bin Ahmad bin AyubAd-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.

Syaikh Abdussamad Al-Palimbani

Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.

Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani

Beliau lahir di Tanar, Serang,Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah hajidan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar Sayid Abmad bin Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.

Pada tahun 1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik denga kepandaiannya, tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung halamannya. Karena itupada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.

Wali Songo

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Walisongo, beliau memilki beberapa nama, antara lain, Maulana Magribi,Syekh Magribi, Sunan Gresik, atau Syekh Ibrahim Asamarkan di  (Sebutan dalam Babad Tanah Jawi). Dikalangan para wali, Maulana Malik merupakan tokoh yang dianggap paling senior atau wali pertama. Beberapa versi menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat. Belum ada keterangan yang pasti kapan beliau lahir dan dari mana beliau berasal. Meskipun demikian sumber sejarah mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim datang ke Nusantara sekitar abad ke-14. Pendapat lain mnyebutkan bahwa beliau datang ke Pulau Jawa pada tahun1399 M dari Arab kemudian tinggal di Perlak dan Pasai, pergi ke Gujarat dan selanjutnya menetap di Gresik. Beliau wafat di Gresik pada hari senin tanggal12 Rabiul awal tahun 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 april 1419 M. keterangan mengenai tanggal dan tahun wafatnya berdasarkan Inskripsi pada batunisan makamnya yang berada di Gresik.

Sunan Ampel ( Raden Rahmat )

Sunan Ampel merupakan sesepuh Walisongo pengganti ayahnya Maulana Malik Ibrahim, beliau lahir sekitar tahun1401 M, mengenai tanggal dan bulannya belum ada kepastian sumber sejarah. Nama kecil beliau adalah Raden Rahmat, beliau adalah putra keturunan raja champa. Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban Wilwatikta Arya Teja. Dari hasil pernikahannya beliau menurunkan dua orang putra dan dua orang putri. Dua orang putra tersebut adalah Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajad (Syarifudin), sedangkan dua orang putrinya adalah Nyai ageng Maloka dan Dewi Sarah (istri Sunan Kalijaga). Raden Rahmat memilki seorang adik Raden santri namanya, dan seorang kemenakan bernama Raden Berereh, mereka bertiga diperintahkan oleh orang tuanya untuk menghadap Raja Majapahit.Mereka berangkat ke Majapahit dan tinggal di sana selama satu tahun.

Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)

Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum atau Maulana makdum Ibrahim, beliau lahir di Bonang, Tuban pada tahun1465 M. Sunan Bonang merupakan putra sulung Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila. Sejak kecil beliau dididik dilingkungan keluarganya dengan ketat sehingga menjadi Walisongo. Nama kecilnya Maulana Makdum yang diambil dari Bahasa Hindi. Ajaran Sunan Bonang terangkum dalam Kitab yang terkenal yaitu “Suluk Wujil’, mengkisahkan si Wijil yang berguru pada Sunan Bonang.

Sunan Drajad ( Raden Qasim)

Nama lain dari Sunan Drajad adalah Raden Qosim tau Syarifudin beliau hidup pada  zaman Majapahit akhir sekitar tahun 1478 M. Belum ada keterangan sejarah yang pasti mengenai kapandan dimana Sunan drajad dilahirkan. Namun berdasarkan beberapa babad dan referensi sejarah Sunan Drajad merupakan putra dari Sunan Ampel hasil pernikahannya dengan Candrawati alias Ni Gede Manila. Dikisahkan bahwa sejak berusia muda Sunan Drajad telah diperintahkan ayahnya untuk menyebarkan agama Islam di pesisir Gresik. semasa muda beliau dikenal dengan raden Qasim. Sebenarnya masih banyak lagi nama-nama lain dari beliau berdasarkan beberapaNaskah kuno. Diantaranya beliau dikenal dengan nama Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifudin, Pangeran Kadrajat dan Masaikh Munar.

Sunan Giri (Raden Paku)

Nama lain Sunan Giri adalah Raden Paku atau Maulana Ainul Yaqin. Sunan Giri hidup sekitar tahun 1356 – 1428 M, ayahnya bernama Maulana Ishaq yang berasal dari Pasai serta ibunya bernama Sekar dadu , Putri Raja Blambangan. Nama kecil sunan giri adalah Jaka Samudra  masa kecilnya diasuh oleh seorang janda kaya bernama Nyai Gede Pinatih, sebagian sumber menyebutnya Nyai Samboja. Ketika dewasa beliau berguru kepada Sunan Ampel, dan oleh Sunan Ampel beliau diberi gelar Raden Paku. Sunan Giri mengikuti jejak ayahnya Syekh Awwalul Islam atau Maulana Ishaq menjadi seorang mubalig, beliau bersama Sunan Bonang diperintahkan Sunan Ampel pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu tetapi mereka singgah terlebih dahulu kepada Maulana Ishaq untuk berguru padanya di Pasai

Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal dikalangan masyarakat jawa. Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban yang sudah menganut agam Islam, namanya berubah menjadi RadenSahur. beliau menikah dengan Dewi Nawangrum, dan hasil pernikahannya lahirlah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1430-an. Kisah masa muda Sunan kalijaga sungguh sangat krusial, dia adalah seorang buronan dan perampok.Terdapat dua versi mengenai cerita masa muda beliau. Versi pertama mengatakanbahwa Sunan Kalijaga merupakan pencuri dan perampok harta milik kerajaan dan orang-orang kaya yang pelit. hasil dari rampokannya itu, ia bagikan kepada rakyat jelata yang miskin dan terlantar. Versi kedua mengatakan bahwa Raden Sahid merupakan seorang perampok dan pembunuh yang jahat. Mengenai Jalan hidupnya banyak terangkum dalam Naskah-naskah kuno jawa.

Menurut sejarah Raden Sahid diusir oleh keluarganya dari  kerajaan karena katahuan merampok, setelah itu dia berkeliaran dan berkelana tanpa tujuan yang jelas, hingga kemudian menetap dihutan Jatiwangi sebagai seorang yang berandal dan suka merampok

Sunan Kalijaga banyak berperan dalam mendirikan Mesjid Agung Demak selain senagai seorang pendakwah, Sunan Kalijaga terkenal dengan Budayawan. Ajarannya yang terkenal disebut dengan “Narima ing pandum”, yang di uraikan dengan Sikap rela, narima, temen, sabar, dan budiluhur.  Cara dakwah Sunan Kalijaga mengandung perdebatan dikalang parawali, karena Sunan Kalijaga mengakulturasikan adat dengan Syariat Islam sehingga menimbulkan sedikit perbedaan pendapat. Meskipun demikian semua walitetap bersatu. Semuanya menyadari akan kondisi masyarakat  saat itu. Diantara para wali yang satu aliran dengan Sunan Kalijaga dalam berdakwah adalah Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Kudus. Sedangkan cara berdakwah yangsedikit puritan adalah Sunan Ampel dan Sunan Drajad.

Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Sunan Kudus lahir sekitar abad 15 M bertepatan dengan abad 9 Hijriyah, ayahnya bernama Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus masih merupakan keturunan dari Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Kakek Sunan Kudus adalah saudara Sunan Ampel. Ayahnya menikah dengan Nyai Syarifah, yang merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dari hasil perkawinannya lahirlah Ja’far Shadiq. Berdasarkan hal tersebut kita simpulkan bahwa Sunan Kudus masih mempunyai hubungan pertalian darah dengan Sunan Ampel. Meskipun bergelar kudus,sunan kudus bukahlah berasal dari Kudus, beliau datang dari demak dan bertugas mnyebarkan Agama Islam di sana. Sunan kudus juga memiliki nama lain yaitu Ja’far Shidiq atau Dja Tik Su ( Nama Cinanya).

Sunan kudus merupakan sosok wali yang dihormati dan disegani oleh kawannya, beliau terkenal dengan wali yang paling pemberani. Selain itu, disamping beliau memegang kekuasaan, juga memegang Senapati dari kerajaan Islam Demak, jabatan itu sesuai dengan kepribadaian Beliau yang disiplin, kuat serta gagah berani. Beliau merupakan Senapati yang banyak berkorban dalam mempertahankan Kerajaan Islam Demak. DiKudus beliau mendirikan mesjid yang bernama Menara Kudus. dan nama Sunan Kudus tertera dalam Inskripsi mesjid tersebut. Mesjid itu didirikan pada tahun 956 H bertepatan pada tahun 1549 M,  mesjid tersebut dijadikan sebagai pusat dakwah Sunan Kudus. Dalam mengajarkan agama Islam Sunan Kudus mengikuti jejak Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan tut wuri handayani yang berarti Sunan Kudus tidak menggunakan cara-cara yang bersifat keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi sedikit . karena kondisi pada saat itu sebagian besar masyarakat kudus beragama Hindhu- Budha. Cara beliau berdakwah yaitu dengan memasukan syariat dan ajaran Islam kedalam adat kebiasaan masyarakat. Cara simpatik beliau dalam mnyebarkan Islam membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan ceramah agama islam darinya. Kebiasaan unik lainnya yang biasa Sunan Kudus laksanakan dalam berdakwah yaitu acara bedug dandang, yang berupa kegiatan menunggu datangnya bulan suci Ramadhan. kegiatan ini dilaksanakan di mesjid dengan mengundang para jamaah mesjid. Sunan Kudus terkenal juga dengan seribu satu kesaktiannya

Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga, hasil perikahannya dengan Dewi Sarah yang merupakan putraMaulana Ishaq. Nama kecil beliau adalah Raden Umar Said, Raden Said, atau Raden Prawata. Istrinya bernama Dewi Sujinah, kakak kandung Sunan Kudus. Putranya bernama Pangeran Santri. Jalur dakwah beliau meliputi lingkungan Gunung Muria, oleh karena itu beliau dikenal dengan Sunan Muria. Daerah dakwah Lainnya meliputi pelosok Pati, Kudus, Juana, sampai pesisir utara Jawa. Belum adatanggal yang pasti kapan beliau dilahirkan. Keterangan sejarah yang ada hanya berbentuk dongeng dan cerita rakyat yang perlu penelitian. Padepokan SunanMuria terletak di Colo, lereng Gunung Muria, sekitar 800 meter diatas permukaanlaut

Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati merupakan seorang wali yang berasal dari Pasai. Beberapa sumber mengatakan bahwa nama lain Sunan Gunung jati adalah Faletehan atau Fatahilah. Sementara pendapat lain mngatakan bahwa Sunan Gunung Jati berasal dari Persia dan Arab. Sampai sekarang belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai kelahiran beliau. Dan berdasarkan beberapa babad dan sumber sejarah beliau mempunyai banyak nama, diantaranya : Muhammad, Nuruddin, Syekh nurullah, Sayyid Kamil, Bulqiyyah, Syekh Madzkurullah, Syarif Hidayatullah, Makdum jati.

Sejak kecil Sunan Gunung Jati belajar ilmu agama dari orang tuanya di Pasai. Ketika menginjak usia dewasa , wilayah Pasai diduduki oleh bangsa Portugis yang datang dari malaka yang pada saat itu telah jatuh ke tangan portugis. Akibat pendudukan Portugis di Pasai. Banyak penduduk memberontak dan melakukan peperangan. Faletehan mengungsi ketanah suci mekkah dan di sana beliau memperdalam ilmu agama Islam. Disana beliau tinggal kurang lebih 3 tahun. Faletehan datang kembali ke tanah airnya dan pergi ke Pulau Jawa. Kedatangannya di sambut baik oleh Kerajaan Islam Demak yang saat itu mencapai puncaknya berada di bawah pemerintahan Raden Trenggono(1521-1546).  Ketika datang ke pulau Jawa, beliau berdakwah di daerah jawa bagian barat. Berkat dakwahnya , banyak rakyat jawa barat yang memeluk agamaIslam. Raden Trenggono pun menaruh simpati kepadanya sehinnga Falaetehan dinikahkan dengan  adik Raden Trenggono. Dakwahnya terus berlanjut, Raden Trenggono memerintahkan Faletehan untuk memimpin ekspedisi ke Banten dan Sunda Kelapayang masyarakatnya masih beragama Hindu-Budha dan berada di bawah kekuasaan Pajajaran

Artikel ini diambil dari beberapa sumber

MERAWAT DAYA SURVIVAL MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah mampu melewati 1 abad pertama dan sekarang sedang melangkah di abad kedua. Eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar semakin diperhitungkan, peranan Muhammadiyah makin dirasakan oleh umat. Kehadiran Muhammadiyah selalu memberikan solusi untuk permasalahan keumatan dan kebangsaan. Reorientasi organisasi dan program selalu terintegrasi dengan zaman, dengan dasar berpijak nilai-nilai historis-nya. Inilah yang menjadikan Muhammadiyah menjadi organisasi yang mempunyai otentisitas identitas.

Untuk merawat daya survival Muhammadiyah ini, menurut Sudibyo Markus adasejumlah alasan yang melatar belakanginya, diantara alasan-alasan tersebut adalah:  Pertama, Etos kerja tanpa pamrih. Berharap hanya ridho Allah SWT yang telah ditanamkan oleh KH.Ahmad Dahlan sebagai kekuatan utama yang melandasi gerak maju antar generasi di Muhammadiyah. Pesan abadi KH. Ahmad Dahlan, “Hidup hidupilah Muhammadiyah, dan jangan hidup dari Muhammadiyah” .

Kedua, Etika organisasi. Etika berorganisasi dalamMuhammadiyah sangat dijunjung tinggi. Proses pemilihan pimpinan persyarikatan yang berjenjang dilakukan secara demokratis serta dalam iklim fastabiqul khairat, proses tersebut telah menjadi lingkungan pendukung yang kondusif bagi perkembangan dinamika organisasi dan kepemimpinan dalam Muhamamdiyah. Dari serangkaian pedoman kehidupan berorganisasi, sejak MADM, Khittah perjuangan, Kepribadian Muhammadiyah, MKCHM sampai PHIWM, telah mampu mengantar persyarikatan dalam membangun kematangan budaya organisasi. Pada kelanjutannya, budaya organisasi tersebut terpatri sebagai kearifan organisasi.

Ketiga, semangat gerakan. Salah satu ukuran keberhasilan terutama ditingkat cabang dan ranting adalah telah adanya gerakan nyata atau amal usaha yang nyata. Dalam proses lajunya organisasi gerakan itu bisa berwujud berdirinya lembaga-lembaga yang dekat dengan masyarakat, misal pendidikan, kesehatan dan sosial. Paling tidak gerakan pengajian untuk anggota dan umat menjadi program wajib yang selanjutnya sebagai ciri khusus organisasi, misal pengajian ahad pagi, pengajian malam jumat, pengajian jamaah dsb.

Keempat, Gerakan multivarian. Kegiatan Muhammadiyah bersifat multivarian, yaitu bidang dakwah, tarbiyah, kesehatan dan kesejahteraan sosial. Secara struktural, disetiap jenjang kepemimpinan persyarikatan, kegiatan yang multivarian tersebut menjadi tanggung jawab masing-masing majelis dan lembaga yang dibentuk Muhammadiyah pada saat Muktamar.

Kelima, gerakan mobilitas dan kewirausahaan. Menurut data yang tersaji pada tahun 1916-1923, anggota Muhammadiyah terbesar justru dari kalangan kaum saudagar atau wiraswasta. Boleh dikata bahwa menyebarnya Muhammadiyah ke wilayah-wilayah nusantara justru banyak terjadi melalui interaksi kaum pedagang. [1]

Keenam, Kemampuan berinovasi. Daya survival dan semangat ber-fastabiqul khairat yang menjadi tekad abadi gerakan ini, telah berhasil mendorong organisasi kaum modernis ini mampu untuk terus menerus melakukan inovasi dalam membuat format gerakan.Ketujuh, Fleksibilitas dan kemapuan beradaptasi. Kemampuan bersifat lentur dan adaptatif bisadilihat dari strategi dan taktik yang lahir dari gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dari periode keperiode dalam menghadapi situasi keagamaan, sosial kemasyarakata, politik dan ekonomi. Muhammadiyah telah mampu melewati lima generasi rezim, dari kolonial belanda, kolonial jepang, orde lama, orde baru dan era reformasi. Tentunya masing-masing generasi rezim tersebut mempunyai corak yang berbeda-beda, begitupun pucuk pimpinan Muhammadiyah juga dalam menghadapi masing-masing situasi dan kondisi tersebut dengan banyak varian juga.


[1] Profil Muhammadiyah 1 abad, Muhammadiyah sebagai manifestasi gerakan kelas menengah enterpreneur, Lembaga pustaka dan informasi Pimpinan Pusat Muhamamdiyah, Yogyakarta, juni 2010, hal. 10

SISI GELAP SEJARAH KITA

Oleh : Zaenal Arifin

Dalam tulisan singkat ini, penulis ingin memberikan informasi tambahan dan melanjutkan informasi dari artikel sebelumnya tentang sejarah nama minggu. kalau kita kaji dari penamaan hari yang ada di indonesia saat ini, kita akan menemukan kejanggalan yang perlu kita dalami asal usulnya seperti yang sudah kami sampaikan pada artikel sebelumnya. kita ketahui nama-nama hari tersebut sebagai berikut:

1. Al-Ahad dalam bahasa arab artinya satu (ahad)
2. Itsnayn dalam bahasa arab artinya dua (Senin)
3. Ats-Tsalaatsa’ dalam bahasa arab artinya tiga (selasa)
4. Al-Arba’aa / Ar-Raabbi’ dalam bahasa arab artinya empat (rabu)
5. Al- Khamsatun, dalam bahasa arab artinya lima (kamis)
6. Al-Jumu’ah, dalam bahasa arab artinya berkumpul/kumpulan (jumat)
7. Al-Sabat, hari yang disucikan pada masa nabi musa as/ hari besarnya umat kaum yahudi (sabtu)

dari nama-nama tersebut diatas kita ketahui sangat konsisten kalau dilihat dari sisi bahasa, semuanya berasal dari bahasa arab. saat ini yang menjadi janggal yaitu dalam penanggalan masehi/ syamsiyah, ahad lebih populer dengan minggu, dari sisi bahasa sangat tidak konsisten. kalau ditinjau dari sisi bahasa, minggu itu diambil dari bahasa apa? dan artinya apa?. nah inilah tugas kita sebagai generasi milenium untuk mengkajinya lebih mendalam. Fakta dan data harus kita gali, sebagai khazanah keilmuan yang berimbang, bukan ingin menanam persoalan baru dan intoleran terhadap siapapun, tapi hanya ingin melanggengkan tradisi kritis terhadap keilmuan. menyalurkan hasrat ingin tau yang berkorban dan akan bermanfaat , supaya kita menjadi generasi yang tidak pernah melupakan sejarah bangsa sendiri. kita bisa membedakan mana yang nasionalis dan mana yang tidak nasionalis, yang paham dengan sejarah asal usul bangsanya dan yang tidak paham asal usul bangsanya. bangsa yang didirikan oleh para syuhada, dengan tetesan darah para nasionalis sejati.

tapi sekarang kalau kita telusur lebih jauh, ada rencana manjauhkan sejarah bangsa dari peranan umat islam di nusantara/indonesia. dari sejarah masuknya islam ke indonesia masih ada kontroversi teori. apakah islam masuk dari arab (mekah), gujarat atau persia hingga kini masih bingung dan gamang untuk meyakini satu teori tersebut. kemudian dalam masa peregerakan kemerdekaan, kita tau semua tentang awal abad 20 an itu yang tercantum dalam buku-buku sejarah di sekolah tidak satupun menyebut peranan umat islam, tetapi yang disebut pergerakan umum yang sebenarnya duplikat dari gerakan islam sebelumnya. sebagai contoh, sebelum budi utomo berdiri tahun 1908 sebagai tonggak kebangkitan nasional, ternyata kalau kita baca sejarah tahun 1905 itu sudah berdiri gerakan islam yang diberi nama jamiat khair. kemudian sebelum berdiri taman siswa (1922) sebelumnya sudah berdiri Muhammadiyah (1912) yang beramal sholeh dalam pendidikan, tapi yang dijadikan tonggak pendidikan indonesia adalah taman siswa yang didirikan ki hajar dewantara.

berikutnya pada masa kemerdekaan, tokoh-tokoh islam menjadi pemikir dan pelaksana dalam mendirikan negara republik indonesia, sebut saja ada ki bagus hadikusumo, mr kasman singodemejo, a. wahid hasyim, hamka, muhamamad natsir, agus salim yang kealiman dan kislamannya tidak diragukan lagi. dari merumuskan pancasila, dan UUD 1945 peranan tokoh-tokoh islam tak bisa dihilangkan dari sejarah. tapi nyatanya semua peranan umat islam menjadi hilang atau dihilangkan dalam literatur dunia pendidikan. dan peristiwa yang masih hangat ialah Gerakan 30 september yang di lakukan oleh PKI untuk mengganti ideologi negara yaitu pancasila diganti dengan ideologi komunis, yang memakan korban dari kalangan ulama. maka dari itu sudah saatnya generasi milenial muslim mempunyai sebuah pegangan dalam sejarah khususnya sejarah yang menyangkut peranannya dalam berbangsa dan bernegara. tidak bisa dilepaskan NKRI dengan islam walaupun NKRI bukan negara islam, tapi berdirinya bangsa ini sejak bernama nusantara dan menjadi indonesia dibayar dengan aliran darah para syuhada. wallahu ‘alam bishowab

sumber/ literatur: api sejarah jilid 1 dan 2, Rumah kaca, ceramah Ust Adi Hidayat, Lc. MA.

SEBUAH RENUNGAN TENTANG ADAB

Oleh: Zaenal Arifin 

“Barang siapa yang tidak ada adab, berarti dia tidak ada ilmu”
(Hasan Hasbi)

Bermuhammadiyah adalah berserikat (berorganisasi), dalam pengertian umum berMuhammadiyah merupakan kumpulan orang yang berserikat dalam rangka meraih tujuan bersama, berserikat dalam Muhammadiyah berarti berkumpul untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Dalam rangka meraih tujuan bersama itu, bisa dilakukan dengan gerakan, setiap gerakan harus ada kepemimpinan dan setiap kepemimpinan harus ada ketaatan, dan ketaatan ada karena akhlak/ adab. Nah, termyata adab menjadi salah satu hal yang penting dalam persyarikatan Muhammadiyah, selain Aqidah, ibadah dan muamalah.

Pengertian Adab
Adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Menurut istilah, adab ialah: “Adab ialah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah”. Seseorang akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu menempatkan dirinya pada sifat kehambaan yang hakiki seperti yang dimilik Rasulullah saw. Secara utuh dan sempurna. Oleh sebab itu Allah swt. memuji beliau dengan firman-Nya yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Kalau kita tarik adab dalam Muhammadiyah maka akan muncul banyak aspek, salah satunya aspek ketaatan kepada pimpinan sebagai penjabaran dari prinsip kolektif kolegial yang bisa terwujud dengan musyawarah. Tapi Akhir-akhir ini muncul sifat one man show dari oknum pimpinan. Sifat ini muncul karena hasrat pribadi yang begitu besar untuk berkuasa dan menguasai, oknum seperti ini tidak sadar bahwa muhammadiyah mempunyai tata aturan baik vertikal maupun horisontal dalam bergerak. Ketua tetap menjadi koordinator pimpinan dalam rangka menjalankan putusan musyawarah tertinggi di masing-masing tingkatan, sebagai hasil dari sidang formatur. Dalam sidang tersebut formatur bertugas menyusun kepengurusan, mulai dari ketua umum sampai majelis. Ketua sebagai koordinator pinpinan menjadi sakral, karena setiap pimpinan menjadi partner yang mempunyai niatan sama dan bersama-sama untuk mencapai tujuan muhammadiyah bersama-sama pula.

Adab Pimpinan Muhammadiyah terhadap ketua sebagai koordinator pimpinan
Melihat kecenderungan pimpinan saat ini mulai munculnya sifat kuasa tanpa tau tata aturan yang didorong dari tidak adanya adab sangat mengkhawatirkan. Gerakan Muhammadiyah menjadi hilang karakter kolektif kolegialnya yang menjadi pembeda dengan kelompok lain. Ketua sebagai pemimpin dari semua pimpinan harus di hormati bukan hanya sebagai simbol belaka, tapi juga sebagai legalitas gerakan. Kalau setiap pimpinan menyadari bahwa ketua sebagai pemimpin semua pimpinan maka seharusnya adab terhadap ketua harus di kedepankan. Bukan berjalan sendiri tanpa mengikuti jalur persyarikatan yang telah ditetapkan. Ketiadaan adab pimpinan terhadap ketua akan memunculkan kebijakan kembar yang memprihatinkan, dan hal ini akan menjadikan persyarikatan sebagai korban. Mengapa menjadi korban? Karena muhammadiyah hanya dijadikan oknum pimpinan untuk melakukan one man show demi tercapainya hasrat berkuasa secara pribadi yang sudah naik ke ubun-ubun. Berikut ini beberapa adab pimpinan dalam berMuhammadiyah:
1. Menyadari bahwa Ikhlas berjuang menjadi identitas
2. Menyadari Setiap berjuang harus menjauhi sisipan duniawi dan materi
3. Menyadari bahwa ketua sebagai koordinator pimpinan
4. Menyadari keputusan yang menyangkut kebijakan terkait dan membawa nama persyarikatan harus melibatkan ketua baik sebagai simbol dan atau fungsinya sebagai koordinator

Dari empat adab diatas yang tertulis bisa dijadikan renungan dan koreksi bersama supaya pergerakan persyarikatan ini tetap eksis dan sesuai aturan, untuk mencapai tujuan bersama yaitu terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Waallahu a’lam bishowab

Zaenal Arifin

Kurikulum 2013 ISMUBA 

Pada tahun 2017 ini mata pelajaran ciri khusus ISMUBA (al Islam, kemuhammadiyahan dan bahasa Arab) di Sekolah Muhammadiyah mempunyai kurikulum 2013 ISMUBA. Sebagai penyelarasan dengan kurikulum dinas pendidikan dan kementerian agama. Kurikulum 2013 ISMUBA bisa download dibawah ini 👇

https://drive.google.com/drive/folders/0Bxf5GRcs7wu1czhFQmZJWDAwV0k?usp=sharing