DUTA DISIPLIN SEKOLAH (Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Partisipasi Aktif Siswa)

LATAR BELAKANG


Berdasarkan hasil rapot mutu tentang 8 SNP menunjukkan bahwa SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo masih memiliki nilai yang masih rendah pada Standar Kompetensi Lulusan khususnya pada kompetensi sikap kedisiplinan. Hal ini ditandai dengan adanya siswa yang masih terlambat masuk sekolah, siswa yang terlambat mengerjakan / mengumpulkan tugas, siswa yang kurang tertib dalam ibadah dan siswa yang tidak memakai seragam sesuai ketentuan sekolah.

Berdasarkan beberapa temuan tersebut, sekolah merasa perlu melibatkan siswa sebagai anggota terbesar dalam sekolah untuk aktif dalam penegakan kedisiplinan. Oleh karena itu, dibentuklah DUTA DISIPLIN SEKOLAH. Program ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dan meningkatkan Student Wellbeing terhadap proses pembelajaran.

TAHAPAN


Adapun tahapan kegiatan dimulai dari persiapan, meliputi sosialisasi program kerja kepada pihak yang terlibat seperti bagian kesiswaan, pembina IPM, BK dan wali kelas. Kegiatan selanjutnya adalah proses pemilihan DUTA DISIPLIN yang merupakan siswa-siswa terpilih berdasarkan rekomendasi instruktur ketarunaan kelas X. Proses pemilihan dilaksanakan secara musyawarah pada tim yang beranggotakan 60 siswa (hasil rekomendasi tim instruktur ketarunaan kelas X), dipimpin oleh siswa senior dan tim kesiswaan. Setelah terpilih 20 siswa, maka dilakukan pembinaan dan pelantikan.

TUGAS


Tugas utama dari DUTA DISIPLIN SEKOLAH yang terpilih ini diantaranya adalah membantu tim tata tertib sekolah, membantu dalam pelayanan tamu sekolah / customer service, menjadi contoh yang baik bagi warga sekolah, memotivasi seluruh siswa untuk bersikap disiplin dan tertib, memotivasi siswa untuk tertib beribadah, memotivasi siswa untuk tertib memakai seragam sesuai ketentuan sekolah.

HARAPAN


Sekolah berharap kegiatan ini bisa membantu menegakkan tata tertib yang sudah ada serta lebih meningkatkan lagi tingkat kedisiplinan sehingga terbentuk sekolah yang nyaman dengan warga sekolah yang saling menjaga kedisiplinan.

Ditulis oleh: Zaenal Arifin (Waka kesiswaan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo)

PRINSIP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

Aqidahnya Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, sedangkan,

Fikihnya Pendidikan adalah kompetensi-kompetensi yang diajarkan secara teoritis maupun praktik

  1. Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan untuk membentuk peradaban
  2. Inti filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah PERUBAHAN, seperti tata surya selalu bergerak tidak statis. Pendidikan harus terus berubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Tiga kerangka perubahan Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:

Kodrat keadaan

Kodrat alam

Kodrat zaman

Prinsip perubahan adalah Azas Trikon

Kontinuitas (identitas tetap terjaga)

Konvergensi (menuju titik nilai-nilai kemanusiaan)

Konsentris (menghargai keragaman)

Apa yang berubah?

Budi pekerti

Penjabaran Budi ada 3:

  1. Cipta artinya pikiran
  2. Rasa artinya hati
  3. Karsa artinya kemauan

Penjabaran pekerti artinya raga

Sehingga tumbuh kembang yang baik dari peserta didik akan menciptakan manusia yang penuh kebijaksanaan

  • Sumbu dari Pendidikan adalah nilai-nilai kemanusiaan

 

PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.

Didepan memberi contoh, ditengah membangun semangat, dibelakang memberi dorongan – Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan untuk membangun peradaban. Dari pengertian umum tersebut ada tiga kunci pokok Pendidikan yaitu, Pendidikan, kebudayaan dan peradaban.

Pendidikan

Menurut (UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat,

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

Kebudayaan

Kebudayaan lahir dan berkembang dalam sistem kehidupan masyarakat. Ada berbagai macam definisi tentang kebudayaan. Mulai dari buah dari pikiran manusia hingga ciptaan hidup dari suatu bangsa.

Menurut Antropolog asal Indonesia Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Tilaar kebudayaan adalah suatu pemaparan tidak langsung kepada tingkah laku manusia, meskipun diakui kepentingannya dalam sistem kepribadian dan sosial. Sietem budaya memberikan pengaruh kepada sistem sosial dalam patokan nilai budaya sebagai inti dari peribadian sosial, sehingga hal ini dapat dirumuskan bahwa manusia yang berpendidikan adalah sekaligus manusia yang berbudaya

Menurut salsabila Khairani, arti kebudayaan adalah segala hasil cipta, rasa, dan karsa setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan jika kebudayaan atau budaya adalah warisan yang diperoleh dari generasi ke generasi. Sehingga membentuk pola pikiran, kebiasaan, ataupun norma yang ditaati oleh masyarakat.

Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:

  1. Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud yang ideal yang sifatnya abstrak, artinya kebudayaan dalam wujud ideal tidak dapat disentuh maupun diraba karena terletak didalam pikiran manusia. Wujud kebudayaan sebagai gagasan berupa nilai-nilai, norma-norma, peraturan, kepercayaan, ide-ide, ideologi, falsafah, maupun gagasan yang tertanam didalam akal manusia. Gagasan dalam satu kebudayaan selalu berkaitan satu sama lain membentuk system budaya.

2. Aktivitas (Tindakan)

Wujud kebudayaan sebagai aktivitas adalah Tindakan yang sifatnya konkret, karena dapat dilihat diamati, dan juga didokumentasikan. Kebudayaan sebagai aktivitas dilihat melalui Tindakan berpola yang dilakukan masyarakat. Pola tersebut menunjukkan bagaimana masyarakat dalam suatu kebudayaan berperilaku menurut adat istiadat mereka. Sehingga wujud kebudayaan sebagai aktivitas juga sering disebut dengan system sosial dalam suatu masyarakat berbudaya.

3. Artefak (Karya)

Wujud kebudayaan sebagai artefak adalah segala sesuatu benda fisik yang dihasilkan dari aktivitas manusia, sehingga sering juga disebut dengan kebudayaan fisik.

Peradaban

Istilah peradaban berasal dari kata “adab” yang berarti sopan, berbudi pekerti, luhur, berakhlak, mulia, yang seluruhannya merujuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Peradaban sebagai suatu perwujudan budaya yang didasarkan pada akal (rasio) semata-mata dengan mengabaikan nurani akan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal, nurani, dan kehendak sebagai kesatuan yang utuh. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor: Pendidikan, Kemajuan teknologi Ilmu pengetahuan.

Menurut Ibnu Khaldun peradaban adalah keahlian dalam kelapangan dunia, memperbaharui kondisinya, serta menemukan berbagai ciptaan yang mengagumkan.

Arnold Toynbee dalam bukunya “The Disintegrations of Civilization” dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal 1355 menyatakan peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi.

Pengertian lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).

Albion Small menyatakan Peradaban adalah kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sementara itu, kebudayaan mengacu pada kemampuan manusia dalam mengendalikan alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Albion Small, yang mengatakan bahwa peradaban berhubungan dengan suatu perbaikan yang bersifat kualitatif dan menyangkut kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan mengacu pada suatu yang bersifat material, faktual, relefan, dan konkret.

Samuel Huntington menyatakan Peradaban adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui dalam unsur-unsur objektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif.

Ciri-ciri Umum Peradaban

Pembangunan kota-kota baru dengan tata ruang yang baik, indah, dan modern  Sistem pemerintahan yang tertib karena terdapat hukum dan peraturan. Berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, arsitektur, kesenian, ilmu ukur, keagamaan, dan lain-lainnya. Masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan strata sosial yang lebih kompleks.

Wujud Peradaban

Wujud Peradaban Dikutip dari buku Manusia dan Sejarah : Sebuah Tinjauan Filosofis oleh Yulia Siska (2015:62), menurut Koentjaraningrat wujud peradaban sebagai berikut :

  1. Moral adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kesusilaan dalam masyarakat.
  2. Norma adalah aturan, ukuran, atau pedoman untuk menentukan benar, salah, baik, dan buruk sesuatu.
  3. Etika merupakan nilai-nilai norma moral atau sopan santun dalam mengatur tingkah laku manusia.
  4. Estetik adalah keindahan yang mencakup kesatuan “unity”, keselarasan “balance” dan kebaikan “contrast” dalam segala sesuatu

Korelasi Pendidikan, kebudayaan dan Peradaban

Pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah, karena sejatinya Pendidikan merupakan pelestarian budaya, Sedangkan peradaban adalah puncaknya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tingkah laku manusia secara sadar maupun tidak adalah merupakan bentukan dari budaya yang ada di sekitarnya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas (mencakup segala aspek kehidupan manusia), maka pendidikan juga merupakan salah satu aspeknya. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan menyebabkan matinya kebudayaan itu sendiri. Perubahan kebudayaan akan merubah pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan adalah suatu proses membuat seseorang termasuki oleh budaya dan membuatnya berperilaku mengikuti budaya tersebut. Sebagai suatu proses yang kompleks, tentunya diperlukan sebuah sistem yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dalam perwujudannya, sebagai negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam, tentunya tujuan dan sistem pendidikan di Indonesia harus berlandaskan pada budaya.

Peranan Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan (Enkulturasi).

Sekolah atau pendidikan formal adalah salah satu saluran atau media dari proses pembudayaan Media lainnya adalah keluarga dan institusi lainnya yang ada di masyarakat. Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk “memanusiakan manusia”. Sejalan dengan itu, kalangan antropolog dan ilmuwan sosial lainnya melihat bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan mensosialisasikan manusia sebagaimana yang kita kenal dengan proses enkulturasi (pembudayaan) dan sosialisasi (proses membentuk kepribadian dan perilaku seorang anak menjadi anggota masyarakat sehingga anak tersebut diakui keberadaanya oleh masyarakat yang bersangkutan). Dalam pengertian ini, pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita lakukan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai makhluk bio-sosial.

Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk perilaku dan sikap seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing. Dengan demikian, ukuran keberhasilan pembelajaran dalam konsep enkulturasi adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini sejalan dengan 4 (empat) pilar pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, Belajar bukan hanya untuk tahu (to know), tetapi juga menggiring siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata (to do), belajar untuk membangun jati diri (to be), dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmoni (to live together). Untuk itu, pembelajaran berlangsung secara konstruktivis (developmental) yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu peserta didik merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri.

Tugas pendidikan adalah memotivasi agar setiap anak mengenali potensinya sedini mungkin dan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki serta mengarahkan pada persiapan menghadapi tantangan ke depan. Pendidikan mengarah pada pembentukan karakter, performa yang konkrit (observable) dan terukur (measurable) yang berkembang dalam tiga ranah kemampuan, yaitu: kognitif, psikomotor, dan afektif. Pengembangan kemampuan pada ketiga ranah tersebut dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling melengkapi.

Untuk menjamin kekonsistenan antara tujuan pendidikan dengan pembentukan manusia yang berbudaya (enkulturasi), perlu dirancang desain pembelajaran di sekolah yang tidak terlepas dari kondisi kehidupan nyata. Antara dunia pendidikan dan dunia nyata terkait dengan hubungan sinergis. Dengan demikian, antara nilai-nilai yang ditanamkan dengan pengetahuan akademis terikat dengan hubungan yang kontinum. Tidak satupun dari komponen ilmu pengetahuan yang terlepas dari nilai dan norma budaya. Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai dengan kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat. Secara tidak langsung, pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebudayaan.

Melalui pendidikan kita bisa membentuk suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang maju, modern, tentram dan damai berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya. Sejalan dengan ini, dari konsep agama, pendidikan dipandang sebagai upaya untuk hijrah dari sifat-sifat negatif (kebodohan, iri, dengki, sombong, congkak, boros, tidak efisien, emosional, dsb) menuju pada sifat-sifat yang positif seperti (cerdas, tenggang rasa, teliti, efisien, berpikiran maju dan bertindak atas dua dasar aturan yaitu hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan Tuhan).

Semua sifat positif yang diharapkan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang religius, cekatan, terampil, dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang salah dan benar, menghargai semua hal yang menjadi bahagian kehidupan di alam ini termasuk segala bentuk perbedaan di antara kita sesama manusia. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat yang tepat, serta mampu mengembangkan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi, keluarga, kelompok, agama, bangsa dan negara. Semua ini merupakan unsur pokok dalam proses pembentukan masyarakat yang sejahtera, survive, adil, makmur, dan penuh kedamaian.

Untuk mewujudkan hal tersebut, para penyelenggara pendidikan harus yakin bahwa program dan proses pembelajaran dapat menggiring siswa agar mampu menggunakan segala apa yang telah dimilikinya –yang diperoleh selama proses belajar– sehingga bermanfaat dalam kehidupan selanjutnya, baik kehidupan secara akademis maupun kehidupan sehari-hari. Perlu juga ditekankan di sini bahwa dalam dunia kehidupan nyata, antara kehidupan akademis dan non akademis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu seharusnya, program dan proses pembelajaran tidak membuat dikotomi (memisahkan secara tegas) di antara keduanya. Semua ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah upaya membangun budaya suatu masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang modern, maju, dan harmoni yang didasari oleh nilai-nilai budaya yang diyakini bersama oleh suatu masyarakat.

Perkembangan masa sekarang Pembangunan sumber daya manusia menekankan dua penguatan, yaitu pendidikan karakter dan penyiapan generasi terdidik yang terampil dan cakap dalam memasuki dunia kerja. Dalam pendidikan karakter  dimaksudkan untuk membentuk insan berakhlak mulia, empan papan, sopan santun, tanggung jawab, serta budi pekerti yang luhur. Dunia pendidikan bergerak seperti deret hitung. Hadirnya Revolusi Industri 4.0 telah mempengaruhi cara kita hidup, bekerja,  dan belajar.

Saat ini peserta didik di Indonesia didominasi Generasi Z yang terlahir di era digital dan pesatnya teknologi. Mereka lebih mudah dan cepat menyerap teknologi terbaru. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh sekolah dan para guru untuk menerapkan pendidikan berbasis teknologi digital dengan sentuhan budaya Indonesia melalui tri pusat pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat. pusat pendidikan tersebut harus saling mendukung dan menguatkan.  Selaras dengan itu, dalam konteks kebudayaan, posisi kebudayaan sebagai basis pendidikan nasional semakin kukuh dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, serta Kongres Kebudayaan tahun 2018.

Hubungan Kebudayaan dan Peradaban

Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan.
Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa , dan karsa manusia. Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni.
Sejarah peradaban manusia pada dasarnya dimulai sejak awal kehidupan manusia di bumi ini. Ia memiliki banyak defenisi dalam berbagai variasinya, tergantung dari sudut mana orang mendefenisikan kata peradaban itu. Konsep mengenai peradaban biasanya selalu dipertentangkan dengan konsep ‘barbarisme’ atau dalam bahasa Islam disebut ‘zaman jahiliyah’. Peradaban juga sering dikaitkan dengan ‘tidak tersosialisasikannya nilai-nilai yang merangsang timbulnya pencerahan dalam suatu masyarakat’. Antitesis dari peradaban ternyata bukanlah konsep mengenai sebuah “masyarakat atau negara yang tak tercerahkan,” melainkan lebih merupakan fenomena etnis dan antropologis yang terjadi pada suatu masyarakat, baik pada masyarakat primitif atau yang terjadi pada masyarakat modern.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu:

  1. Wujud Ideal

Yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma- norma, peraturan-peraturan dll

  • Wujud Kelakuan


Yaitu kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat.

  • Wujud Benda


Yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

Hubungan antara kebudayaan dan peradaban menurut pendapat Oswald Spingler yang dikutip dari Samuel P Hungtingson bahwa:.


Kebudayaan adalah untuk menunjukan upaya manusia yang masih terus berlanjut,sedangkan peradaban untuk menunjukan titik akhir dari kegiatan.
Peradaban mengandung pengertian yang lebih luas sebagaimana puncak, spirit keseluruhan, dan bersifat universal, sebagai karakter umum dari sebuah zaman dan titik akhir dari berbagai proses kebudayaannya.

Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa , dan karsa manusia. Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Demokrasi dan kecanduan inovasi (buku matinya kepakaran)

…..Demokrasi, dengan ruang publiknya yang berisik, selalu mengundang tantangan terhadap pengetahuan yang telah mapan. Bukan hanya pengetahuan yang mapan saja, melainkan juga semua yang mapan: itu salah satu ciri yang membuat masyarakat “demokratis”. Bahkan di dunia kuno, demokrasi dikenal karena kesenangan masyarakat terhadap perubahan dan kemajuan. Thukydides, misalnya menggambarkan demokrasi athena pada abad 5 SM sebagai kumpulan orang yang “kecanduan inovasi”, dan beberapa abad kemudian, santo paulus menemukan bahwa orang Athena “menghabiskan waktu mereka tidak melakhkan hal lain selain membicarakan dan mendengarkan gagasan-gagasan teranyar”. Sikap terus menerus mempertanyakan kekolotan ini dihargai dan dilindungi oleh budaya demokrasi.

Amerika Serikat, dengan fokusnya yang besar pada kebebasan individu, menjunjung tinggi perlawanan terhadap otoritas intelektual. Tentu saja diskusi tentang, “cara orang Amerika berfikir” tidak akan lengkap tanpa menyebut Alexis de Tocqueville, pengamat prancis yang pada 1835 menulis bahwa warga Amerika Serikat tidak benar-benar terpikat kepada pada pakar atau kecerdasan mereka. “Saat pikirannya sedang bekerja”, tulisnya, “setiap orang oeang Amerika hanya tertarik ke pemahaman masing-masing”. Menurut teori Tocqqueville, ketidak percayaan terhadap otoritas intelektual telah berakar dalam sifat demokrasi Amerika. Ketika “warga negara saling mengamati satu sama lain diposisi yang setara”, tulisnya, mereka “akan senantiasa kembali kepemikirannya mereka sendiri sebagai sumber kebenaran yang paling dekat dan jelas. ……

RANGKUMAN: TAJDID MULTIDIMENSIONAL UNTUK PERADABAN UTAMA*

Perbedaan 4.0 vs 5.0

4.0: masyarakat informasi
Dunia riel dan virtual masih terpisah

5.0: super smart sociaty
Dunia riel dan virtual itu terintegrasi

Agama dipengaruhi oleh digitalisasi. Contoh; live streaming youtube

Kehidupan spiritual menggantikan agama

Agama digital menggantikan agama tradisional

Otoritas digital menggantikan otoritas tradisional

Dunia digital Akan semakin melahirkan mazhab agama

Lahirnya otoritas baru,

Isu

1. Indek kebahagiaannya tinggi, level keberagamaannya rendah. Semakin bahagia, semakin rendah agamanya

2. Level keberagaamaannya tinggi, cemderung pemerintahannya cenderung korup

3. Dinegara yg tingkat pembangunan kemanusiaannya tinggi, cenderung keberagaamannya rendah.

Kesangsian peran agama dalam dunia digital

Agama sudah termediatisasi: belajar agama dari media

4 tanda org munafik

1. Ketika dicemooh akan surut/mutung

*Sistem peradaban dibagi 5*

Politik: nilai
Ekonomi: barokan tazkiah dan taawun
Sosial: mawadah, warohmah dan ikhuwah
Budaya: amal soleh,
Personalitas: akhlak

* Materi: Prof. Zakiyudin Baidhowi, M.Ag

QS AN NAML 4 – 5 DAN TAFSIRNYA

اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ اَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan.

Tafsir

Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan beberapa sikap orang-orang mukmin yang memperoleh petunjuk dan hidayah dari Allah. Ayat ini menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir, yang tidak mau beriman kepada adanya hari akhirat, dan akibat yang akan mereka rasakan.


Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat adalah mereka yang tidak yakin akan adanya hari Kiamat, tidak yakin bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah melalui kematian, tidak yakin akan dibangkitkan kembali pada hari penghisaban, serta tidak percaya akan adanya pahala sebagai balasan amal baik dan siksa sebagai balasan amal buruk.

Mereka hidup di dunia tanpa mengekang hawa nafsu, dan amat cinta kepada kenikmatan duniawi, seakan-akan hidup di dunia ini satu-satunya kehidupan bagi mereka. Mereka tidak mengenal halal dan haram, serta tidak memikirkan tanggung jawab di akhirat. Segala tingkah laku tersebut mereka anggap baik. Padahal mengikuti hawa nafsu berarti mengikuti ajaran setan yang sesat lagi menyesatkan. Dengan demikian, mereka pun hidup dan bergelimang dalam kesesatan. Hal ini adalah balasan bagi mereka karena keingkarannya itu.

اُولٰٓٮِٕكَ الَّذِيۡنَ لَهُمۡ سُوۡٓءُ الۡعَذَابِ وَهُمۡ فِى الۡاٰخِرَةِ هُمُ الۡاَخۡسَرُوۡنَ

Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksaan buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling rugi.

Tafsir

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa mereka akan menerima siksa yang buruk di dunia dan di akhirat. Hal ini merupakan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang tidak beriman dengan hari akhirat itu. Ayat ini juga merupakan peringatan bagi seluruh manusia.

Siksa di dunia dapat terjadi dengan adanya bermacam-macam bencana alam seperti banjir, gempa bumi, peperangan yang membawa korban manusia dan harta benda, dan lain-lain. Siksaan dunia ini juga dapat berupa siksaan batin atau jiwa yang dialami secara perorangan, meskipun di antara mereka ada yang sudah memenuhi berbagai kebutuhan hidup dunianya, bahkan ada yang sudah lebih dari cukup. Namun demikian, hidupnya tidak bahagia dan selalu resah, jiwa mereka kosong, serta tidak punya tujuan hidup karena tidak percaya pada hari akhirat.

Dalam kehidupan hari akhirat nanti, mereka sangat merugi dan menjadi penghuni neraka selamanya. Masing-masing menerima balasan siksa yang setimpal sesuai dengan amal buruk mereka. Karena pedihnya siksaan tersebut, mereka lalu memohon keringanan dari malaikat penjaga neraka agar tidak disiksa meskipun hanya sehari. Hal ini disebutkan Allah dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia meringankan azab atas kami sehari saja.” (al-Mu’min/40: 49).

Bukan orang baik, Tapi Aku punya niat baik

Aku bukan orang baik, tapi aku berniat baik. Entahlah kebaikan kadang menjadi hal yang tabu, sehingga kebaikan menjadi barang langka dalam sejarah kehidupan.

Perjalanan hidup tidak lepas dari kekurangan sebagai insan ciptaan Tuhan. Skenario Nya menjadi jalan cerita yang sungguh dinamis. Saat kehidupan hanya cerita fiktif yang penuh guyonan, maka keseriusan harus dibayar mahal orang serius.

Engkau…

Tuhan sutradara dan penulis skenario, yang kita miliki hanya berhusnudzon kepada engkau. Maka kesalahan dan kekurangan mohon dimaafkan. Untuk menjadi tauladan dalam bermuamalah.

AKHIRNYA INI YANG AKU LAKUKAN.

Pernyataan Pribadi ketua PPDB SMK Muh.1 Sukoharjo 2021/2022

Assalamu’alaikum wr wb

Panitia PPDB mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu guru dan karyawan yg sudah meluangkan waktu untuk silaturahim ke rumah2 siswa SMP N 1 Polokarto. Hari libur bukan menjdi penghalang untuk tetap berpikir dan bertindak untuk kemajuan sekolah.

Tujuan program ini adalah mencoba melibatkan seluruh komponen yg ada didalam, bukan menjdi beban bapak ibu sekalian, pasti banyak cerita yg kita dapat saat terjun langsung ke calon siswa. Cerita itu menjadi pengalaman terbaik untuk sekolah kita kedepannya. Proses komunikasi dg calon siswa menjdi hal yg sangat penting, karena program dan keunggulan sekolah kita tersampaikan dg baik.

Yg hrs menjadi catatan, bukan hanya asal tersampaikannya surat, tp lebih dari itu, proses pengalaman menyampaikan surat dari mencari alamat kemudian mengeluarkan keahlian marketing itu lebih penting.

Mohon maaf bapak ibu, kalo memang dirasa program ini menjadi beban, bahkan harus membuat bapak ibu keluar biaya pribadi untuk biaya operasional pengantar surat, lebih baik tidak usah dilanjutkan program ini. Mohon maaf segala kekurangan kami, program ini menjadi beban bapak ibu, toh tanpa program seperti ini pun SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tetap jaya. Amiin…

Wassalamu’alaikuk Wr Wb

Kapan siswa masuk sekolah? (dilema pandemi covid 19)

Pembelajaran tatap muka disatuan pendidikan hanya diperbolehkan untuk satuan pendidikan yang telah memenuhi daftar periksa

Ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihanToilet bersih dan layakSarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitazerDisinfektan
Mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan
Kesiapan menerapkan wajib masker
Memiliki thermogun
Memiliki pemetaan warga satuan pendidikan yang:Memiliki comorbid yang tidak terkontrolTidak memiliki akses transportasi yang amanMemiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan tingkat resiko Covid-19 yang tinggi atau riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi positif covid-19 dan belum menyelesaikan isolasi mandiri
sumber: panduan penyelenggaraan pembelajaran semester genap 2020/2021 dimasa pandemi covid 19

AKU CUKUP TAU DIRI

Sebelumnya

Aku sama sekali tidak pernah mengira
Akan sampai pada titik ini
Suatu titik dimana aku menyadari
Kesalahan yang selama ini terlihat benar dimataku

Berulang kali ia menydarkan ku,
Jika..,Aku bukan siapa-siapa baginya

Bodohnya
Lebih dari itu pula
Aku selalu berusaha menyakinkan diri
Jika kelak ia akan ku miliki

Jujur
Aku membenci diriku sendiri
Karena hingga saat ini
Sekalipuk hatiku telah dipatahkan olehnya
Sepatah-patahnya
Aku masih saja mengharapkannya

Iya aku memang bodoh
Harusnya aku tidak melangitkan harapan seperti ini

Jika suatu saat nanti
Kau tidak lagi mendengar kabarku

Sungguh
Bukan karena aku ingin menjauh, Apalagi membencimu

Hanya saja
Aku cukup tau diri
Jika ternyata memang
Bukan aku pria yang kau cintai.