SEBUAH RENUNGAN TENTANG ADAB

Oleh: Zaenal Arifin 

“Barang siapa yang tidak ada adab, berarti dia tidak ada ilmu”
(Hasan Hasbi)

Bermuhammadiyah adalah berserikat (berorganisasi), dalam pengertian umum berMuhammadiyah merupakan kumpulan orang yang berserikat dalam rangka meraih tujuan bersama, berserikat dalam Muhammadiyah berarti berkumpul untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Dalam rangka meraih tujuan bersama itu, bisa dilakukan dengan gerakan, setiap gerakan harus ada kepemimpinan dan setiap kepemimpinan harus ada ketaatan, dan ketaatan ada karena akhlak/ adab. Nah, termyata adab menjadi salah satu hal yang penting dalam persyarikatan Muhammadiyah, selain Aqidah, ibadah dan muamalah.

Pengertian Adab
Adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Menurut istilah, adab ialah: “Adab ialah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah”. Seseorang akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu menempatkan dirinya pada sifat kehambaan yang hakiki seperti yang dimilik Rasulullah saw. Secara utuh dan sempurna. Oleh sebab itu Allah swt. memuji beliau dengan firman-Nya yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Kalau kita tarik adab dalam Muhammadiyah maka akan muncul banyak aspek, salah satunya aspek ketaatan kepada pimpinan sebagai penjabaran dari prinsip kolektif kolegial yang bisa terwujud dengan musyawarah. Tapi Akhir-akhir ini muncul sifat one man show dari oknum pimpinan. Sifat ini muncul karena hasrat pribadi yang begitu besar untuk berkuasa dan menguasai, oknum seperti ini tidak sadar bahwa muhammadiyah mempunyai tata aturan baik vertikal maupun horisontal dalam bergerak. Ketua tetap menjadi koordinator pimpinan dalam rangka menjalankan putusan musyawarah tertinggi di masing-masing tingkatan, sebagai hasil dari sidang formatur. Dalam sidang tersebut formatur bertugas menyusun kepengurusan, mulai dari ketua umum sampai majelis. Ketua sebagai koordinator pinpinan menjadi sakral, karena setiap pimpinan menjadi partner yang mempunyai niatan sama dan bersama-sama untuk mencapai tujuan muhammadiyah bersama-sama pula.

Adab Pimpinan Muhammadiyah terhadap ketua sebagai koordinator pimpinan
Melihat kecenderungan pimpinan saat ini mulai munculnya sifat kuasa tanpa tau tata aturan yang didorong dari tidak adanya adab sangat mengkhawatirkan. Gerakan Muhammadiyah menjadi hilang karakter kolektif kolegialnya yang menjadi pembeda dengan kelompok lain. Ketua sebagai pemimpin dari semua pimpinan harus di hormati bukan hanya sebagai simbol belaka, tapi juga sebagai legalitas gerakan. Kalau setiap pimpinan menyadari bahwa ketua sebagai pemimpin semua pimpinan maka seharusnya adab terhadap ketua harus di kedepankan. Bukan berjalan sendiri tanpa mengikuti jalur persyarikatan yang telah ditetapkan. Ketiadaan adab pimpinan terhadap ketua akan memunculkan kebijakan kembar yang memprihatinkan, dan hal ini akan menjadikan persyarikatan sebagai korban. Mengapa menjadi korban? Karena muhammadiyah hanya dijadikan oknum pimpinan untuk melakukan one man show demi tercapainya hasrat berkuasa secara pribadi yang sudah naik ke ubun-ubun. Berikut ini beberapa adab pimpinan dalam berMuhammadiyah:
1. Menyadari bahwa Ikhlas berjuang menjadi identitas
2. Menyadari Setiap berjuang harus menjauhi sisipan duniawi dan materi
3. Menyadari bahwa ketua sebagai koordinator pimpinan
4. Menyadari keputusan yang menyangkut kebijakan terkait dan membawa nama persyarikatan harus melibatkan ketua baik sebagai simbol dan atau fungsinya sebagai koordinator

Dari empat adab diatas yang tertulis bisa dijadikan renungan dan koreksi bersama supaya pergerakan persyarikatan ini tetap eksis dan sesuai aturan, untuk mencapai tujuan bersama yaitu terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Waallahu a’lam bishowab

Zaenal Arifin